Politik Gentong Babi

 

POLITIK TANPA MALU
Urat malu mereka sudah ketarik sampai sudah tak berfungsi lagi,dari pada 1T buat mengalokasikan parpol mending buat kesejahteraan rakyat,apa ilmu aji mumpung di pergunakan
oleh para anggota legislatif.

Tampaknya bahwa anggota DPR sekarang benar-benar ingin membuktikan diri ingin melebihi ke brengsekannya melebihi dari dewan priode sebelumnya, di bidang marah dan kekonyolannya,dengan berjamaah mempermalukan arti demokrasi,saling bertikai bahkan saling lempar bangku lalu memunculkan parlemen tandingan, sekarang akan diikuti oleh anggaran tidak jelas yang disebut penganggaran aspirasi.

Seorang pakar politik senior Muhammad AS Hikam mengatakan, DPR periode sebelumnya juga pernah mempunyai ide yang mirip tetapi gagal terlaksana karena protes dari masyarakat. Anggaran aspirasi itu dikenal dengan julukan ‘gentong babi’ yang merupakan terjemahan langsung dari istilah ‘pork barrel’ yang dikenal di dalam khazanah perpolitikan Amerika serikat.

Ia menjelaskan politik ‘gentong babi’ ini sejatinya adalah upaya parpol untuk bisa mempertahankan posisi mereka di parlemen melalui politik uang yang dilegalkan melalui undang-undang, caranya yang paling mudah adalah dengan mengalokasikan anggaran-anggaran untuk membiayai para anggota parlemen agar mereka bisa menyumbang ke dapil konstituen mereka melalui berbagai kegiatan, proyek-proyek, dan program-program khusus.

Dalam praktik politik di amerika, hal ini menjadi salah satu kritik bagi anggota konggres karena melauli ‘gentong babi’ itu mereka benar-benar bisa bertahan menjadi petahana karena berhasil membawa pulang kue bagi negara bagian dan konstituen, ini menjelaskan mengapa prosentase incumbency dalam konggres lebih dari 80 persen rupanya sebagian politisi DPR RI terpikat dengan praktik ‘gentong babi’ ini dan mencoba mengimpornya ke Indonesia.

Boleh saja para politisi Indonesia sangat mengritik sistem demokrasi di Amerika yang dibilang liberal itu, tetapi kalau urusan politik ‘gentong babi’ nya tampaknya koor di DPR kita justru berbalik ingin mengadopsi apa g lucu itu.

DPR hasil Pileg 2014 rupanya sudah kerasukan penyakit yg sama dan bahkan,klo di lihat dari cara berpolitiknya saja masih kekanak kanakan,bagaimana bisa mereka mengurusi rakyat yang memilih mereka,

Dengan anggaran hingga 1 triliun yang direncanakan dalam kondisi negara yg sedang prihatin seperti sekarang ini adalah sebuah kebejatan moral yang luarbiasa Bukan saja upaya ini melawan nalar waras, tetapi juga melecehkan nurani rakyat yang harusnya diwakili alih-alih para politisi itu memperbaiki diri setelah membuat berbagai blunder yang memalukan, mereka justru mau pesta pora di atas keprihatinan rakyat.

Urat malu mereka sudah ketarik sampai sudah tak berfungsi lagi,dari pada 1T buat mengalokasikan parpol mending buat kesejahteraan rakyat,apa ilmu aji mumpung di pergunakan
oleh para anggota legislatif.

Anggota DPR yang sekarang hanya merupakan stempel dari pemerintah karena tidak bisa melakukan fungsi pengawasannya demi membela kepentingan rakyat hal itu sudah tercermin dari ketidakmampuan DPR dalam mengkritisi kebijakan pemerintah yang terbilang tidak pro rakyat seperti kenaikan BBM, kasus lumpur Lapindo, dan banyak kasus lagi, Selain itu, DPR masih menyisakan pekerjaan yakni belum terselesaikannya pembahasan beberapa undang-undang, Buruknya kinerja DPR pada era reformasi membuat rakyat sangat tidak puas terhadap para anggota legislatif,tidur saat sidang apa itu suatu cerminan anggota dewan tinggi negara sebagai wakil dari rakyat,kalau sudah begini suara rakyat mana yang mereka bela ,suara rakyat mana yang mereka emban,

Leave a comment